Saturday, January 8, 2011

pertikaian antar agama

Tugas ISD

Konflik Antar Agama di Nigeria Memanas

Monday, 08 March 2010 14:42
Sejumlah orang-orang bersenjatakan parang dan golok membantai lebih dari 200 orang di tiga desa di kota Jos, Nigeria bagian tengah, Minggu 7 Maret 2010. Sebagian besar penduduk di tiga desa itu beragama Kristen.

Kejadian itu terjadi dini hari, saat sekelompok orang sambil membawa parang menyerang dan membunuh penduduk desa Dogo-Nahawa. Seorang penduduk desa bahkan mengatakan para penyerang juga menembakkan senjata api saat memasuki desa.

"Tembakan itu untuk memaksa warga desa keluar dari rumah mereka. Dan saat semua orang sudah keluar maka mereka mulai menggunakan parang untuk membunuh mereka," kata seorang penduduk bernama Peter Jang seperti dikutip Reuters.

Seorang pekerja sosial dari Yayasan Stefanus, Mark Lipdo mengatakan sedikitnya 100 orang tewas dalam serangan hari Minggu itu. Lipdo mengatakan, Minggu pagi itu dia mengunjungi desa Zot dan Dogo-Nahawa dan dia mencatat nama 77 orang korban dan menambahkan dia masih melihat lebih dari 20 jenazah lagi di desa itu.

"Kebanyakan korban tewas adalah mereka yang sangat tidak berdaya seperti anak-anak dan orangtua yang tak mampu menyelamatkan diri. Mereka inilah yang dibantai," kata Lipdo.

Saksi mata lain menceritakan mereka juga melihat sekitar 100 jenazah. Sementara itu, pernyataan resmi pemerintah kawasan Dataran Tinggi mengatakan lebih dari 300 orang tewas. Seorang dokter di Rumah Sakit Jos mengatakan para penyerang tidak hanya membacok korban tapi juga membakar mereka.

Presiden Nigeria, Goodluck Jonathan, memerintahkan pasukan keamanan untuk bersiaga agar peristiwa penyerangan bermotif agama tidak terjadi lagi. Selain menyiagakan pasukan, presiden juga meminta agar dalang peristiwa ini segera ditemukan. Para pengamat mengatakan, serangan ini nampaknya merupakan kelanjutan bentrokan Kristen dan Islam bulan Januari lalu yang mengakibatkan sedikitnya 200 orang tewas serta ribuan lainnya menjadi pengungsi.

Mari kita berdoa untuk Nigeria. Kiranya Tuhan menolong agar pihak-pihak yang berseteru dapat saling menahan diri agar tidak jatuh korban semakin banyak. Agar pemerintah dapat bertindak dengan adil, dapat menguasai keadaan, mampu melindungi rakyatnya dan memberi rasa aman. Tuhan juga kiranya memberi kekuatan, perlindungan dan penyertaan bagi orang-orang percaya di sana untuk tetap mampu bertahan melewati masa-masa sulit ini. (BBC)



nama : rachma wijayanti
kelas : 1ka31
npm : 15110489

konflik agama

Tugas ISD

Konflik Agama Bukan Watak Indonesia

Senin, 11 Oktober 2010 20:31 WIB | Peristiwa | Pendidikan/Agama | Dibaca 3634 kali

KH Hasyim Muzadi. (ANTARA)
Jalarta (ANTARA News) - Konflik bernuansa agama bukanlah watak domestik bangsa Indonesia, melainkan akibat pengaruh konflik global antara Barat dan Timur setelah perang dingin, demikian Presiden World Conference on Religions for Peace (WCRP) KH Hasyim Muzadi dalam Konferensi Transformasi Asia Pasifik di Jakarta, Senin.

"Perang terhadap terorisme mengakibatkan tersebarnya teroris, antara lain ke Indonesia, dan melawan Barat dari Indonesia," kata Sekretaris Jenderal International Conference of Islamic Scholars (ICIS) tersebut.

Sedangkan berbagai konflik massal lainnya, lanjut Hasyim, terjadi karena sistem yang terlalu longgar, kepemimpinan yang lemah, serta terusiknya rasa keadilan dan keteladanan.

"Di Indonesia sebelum reformasi tidak ada perang agama, yang ada adalah perang kemerdekaan," kata mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu.

Dia memaparkan, Islam masuk ke Indonesia tanpa perang dengan agama yang sudah ada terlebih dulu yakni Hindu, Buddha, dan agama lokal, melainkan melalui perdagangan serta akulturasi budaya.

Penyebaran Islam di Indonesia dilakukan tanpa membongkar kerajaan-kerajaan, namun pengislaman personal dalam kekuasaan dengan menyantuni budaya lokal dan kearifan lokal Indonesia sepanjang tidak bertentangan dengan Islam.

"Sejarah ini membuahkan negara Pancasila sekalipun mayoritas Muslim, karena Pancasila telah memuat nilai seluruh agama," kata Hasyim.

Dia menyebut Indonesia bukan negara formal tapi juga bukan negara sekuler karena melindungi seluruh agama tanpa mencampuri urusan ajaran agama.

"Juga tidak terjadi pemisahan agama dan negara karena akan merusak keduanya," kata pengasuh Pesantren Al Hikam di Malang dan Depok itu.

Hasyim mengajak masyarakat mewaspadai gerakan transnasional yang memaksakan masuknya sistem politik tertentu, termasuk yang berkarakter agama, ke negara lain.

"Hal ini tidak hanya melanda Islam, namun juga agama Kristen. Kita harus hati-hati," katanya.

Konferensi juga dihadiri para pemimpin Kristen berbagai negara, antara lain Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, Myanmar, Amerika Serikat, Papua Nugini, Jepang, Korea Selatan, India, Australia, Thailand, dan Selandia Baru.(*)

http://www.antaranews.com/berita/1286803870/konflik-agama-bukan-watak-indonesia

nama : rachma wijayanti
npm : 15110489
kelas : 1ka31

konflik agama di masyarakat

Tugas ISD

KONFLIK ANTARAGAMA: SIKAP HINDU?


Agama sebenarnya memiliki dua peran, yaitu agama sebagai jalan spiritual dan sebagai institusi. Fungsi yang pertama sangat erat kaitannya dengan hubungan individu terhadap Tuhan (hubungan personal) sedangkan fungsi yang kedua lebih menekankan kepada fungsi sosial kemasyarakatan. Konflik antar agama muncul dari fungsi yang kedua ini. Sebuah lembaga agama selalu berkaitan dengan serangkaian perangkat, entah itu manusia, dana, gedung, maupun misi, yang bertujuan untuk melanggengkan agama yang bersangkutan. Lembaga agama berusaha menambah jumlah pengikut dan memperkuat pengaruhnya dengan menggunakan segala cara sampai ke wilayah-wilayah tertentu yang rawan terjadi konflik. Konflik inilah yang selama ini terjadi di beberapa belahan bumi nusantara. Telah banyak kasus yang memberi kita pelajaran berharga, kasus Ambon misalnya. Persengketaan agama lebih disebabkan oleh adanya persoalan sosial-ekonomi-politik ketimbang masalah teologis.
Amerika – Irak, sebuah dongeng klasik tentang “warisan” dendam bapak – anak, memicu reaksi masyarakat dunia. Perang Teluk yang telah berlalu lebih dari sepuluh tahun silam agaknya bakal terulang kembali. Perang Teluk menyebabkan hubungan Kristen (dan Yahudi) dengan Islam, yang sudah dari sononya penuh dengan pertikaian, menjadi lebih suram. Perang yang dipicu oleh kepentingan politik tersebut agaknya juga diboncengi oleh kepentingan agama. Hal ini tampak jelas di kalangan Islam bahwasanya ancaman terhadap salah satu negara Islam merupakan ancaman pula bagi negara Islam lainnya, tak ayal timbul jargon “perang melawan Irak berarti perang melawan Islam.”
Hindu sebagai salah satu agama besar dunia, saat ini berada diantara agama-agama lain yang tengah didera konflik berkepanjangan. Dan sepanjang sejarah peradaban manusia, Hindu telah bersentuhan dengan agama-agama lain secara damai.

Perjumpaan agama Hindu dengan Islam

Orang-orang Arab mengunjungi India jauh sebelum kelahiran Muhammad. Dan komunitas-komunitas kecil Muslim yang hidup di pesisir rupanya sudah ada sejak abad kedelapan masehi[1]. Perlu dicatat bahwa kebanyakan sejarawan Arab awal memuji prestasi-prestasi intelektual umat Hindu, tetapi ulama sesudahnya memusuhi mereka dan sering menghukum mereka sebagai kafir[2]. Adanya perbedaan sikap tersebut disebabkan oleh adanya kepentingan ekonomi-sosial-politik. Sejarawan Arab awal memuji India dengan segala aspeknya karena mereka merasa banyak belajar dalam usaha mengembangkan kebudayaannya, lagipula saat itu prestasi intelektual bangsa Arab lebih rendah daripada bangsa Hindu India. Tetapi sikap itu berubah ketika para bangsawan Muslim Asia Tengah merangkul para ulama untuk bersaing dalam kancah politik dengan para bangsawan Hindu.

Perjumpaan agama Hindu dengan Kristen

Perjumpaan kedua agama tersebut diawali oleh ekspansi bangsa Eropa, Inggris dan Portugis, ke wilayah India dalam rangka kolonialisasi. Saat bangsa Eropa tersebut berkuasa, mereka berusaha mempelajari filsafat dan kesusastraan India untuk menjatuhkan secara teologis dan mengkonversikan orang-orang India agar menjadi Kristen. Namun agaknya hal tersebut justru membuat kebangkitan kembali agama Hindu. Dari sini kelak timbul para pembaharu pemikiran Hindu diantaranya adalah Rammmohun Roy, Chundar Sen, dan Dayananda Sarasvati. Pembaruan pemikiran Hindu diawali dengan menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar pendidikan3, dari sini jalan interaksi pemikiran barat, yang lebih rasionalistik, mulai merasuk ke dalam jaring-jaring kebijakan timur yang lebih bersifat intuitif. Masuknya pemikiran barat tersebut menghasilkan beberapa pembaharuan praktek keagamaan, misal mereformasi cara penyembahan Tuhan, penghormatan terhadap wanita dan studi Weda yang dapat diakses oleh siapa saja.

Peran Umat Hindu

Ibarat sebuah pertandingan maka agar berjalan dengan baik diperlukan seorang wasit. Dari sinilah sebenarnya umat Hindu dapat mengambil peran sebgai fasilitator maupun mediator diantara para penganut agama yang berkonflik. Secara historis dan teologis, Hindu tidak pernah punya catatan konflik dengan Islam, Kristen maupun Yahudi. Peran netral inilah sebaiknya yang harus kita perhatikan. Namun, sayangnya belum banyak para aktivis (mahasiswa dan birokrat) kita yang melihat peluang ini. Acara-acara bertajuk dialog antar agama maupun forum-forum antar agama selalu saja diprakarsai oleh mereka yang berkonflik. Kalaupun ada wakil Hindu lebih banyak duduk sebagai pelengkap saja. Seharusnya ciri khas Hindu yang bersikap toleran membuat kita kritis alam mensikapi fenomena sekitar. Kita harus memberikan contoh pada mereka bahwa “Hinduisme berpegang teguh bahwa tak ada jalan pembebasan yang tak dapat dihitung. Ia tak akan pernah mengharapkan pengikutnya menjadi sanggup mendekati Tuhan dengan cara yang sama, namun ia memberikan konsep-konsep, ritual-ritual, dan latihan-latihan spiritual yang berbeda untuk modus-modus kesadaran yang berbeda. Dari sikap inilah datanglah toleransi dan inklusivitas yang merupakan karateristik Hinduisme.”4





"rachma wijayanti"
15110489
1ka31

Tuesday, January 4, 2011

Agama, konflik dan masyarakat


Tugas ISD

Agama, Konflik dan Masyarakat
Jakarta - Bencana kemanusiaan yang terjadi lewat konflik antaragama pada dasarnya disebabkan oleh ketidakadilan. Problem ketidakadilan ini kemudian digiring ke ranah agama sehingga konflik yang terjadi seolah-olah bersumber dari masalah agama.

"Bencana kemanusiaan sumbernya selalu ketidakadilan," kata Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla saat memberi kuliah umum tentang kemanusiaan di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Depok, Kamis (8/7/2010).

JK menjelaskan, konflik di Ambon dan Poso beberapa waktu lalu juga berakar oleh ketidakadilan. Ia mengutarakan konflik Poso berawal dari kecemburuan kalangan agama tertentu terhadap kalangan agama lain yang mendominasi jabatan politik di daerah tersebut.

"Intinya politik, bukan agama. Mereka marah dan membawa itu ke ranah agama," kata JK yang menjadi mediator konfik Ambon dan Poso itu.

Sementara, katanya, konflik Ambon berawal dari ketimpangan ekonomi kalangan agama tertentu dengan kalangan agama yang lain menyusul jatuhnya harga cengkeh, hasil bumi utama daerah tersebut.


Ketua Umum Palang Merah Indonesia ini menjelaskan, agama kerap dijadikan alasan konflik karena dalam agama terdapat solidaritas yang yang tinggi. Solidaritas inilah yang terkadang dimanfaatkan oleh pemimpin agama tertentu untuk mendorong massa melakukan kekerasan.

"Pemimpin agama menjual surga terlalu murah, 'kau bakar itu mesjid kau masuk surga, nggak bunuh orang itu nggak masuk surga, kau bakar itu gereja kau masuk surga'. Orang saling bunuh membunuh, bakar membakar dengan senang hati," papar JK.

JK mengatakan, untuk menghidari konflik serupa, kuncinya adalah menyelesaikan problem ketidakadilan di masyarakat itu.
(lrn/anw)

Rachma Wijayanti
1ka31
15110489

Agama dan Masyarakat

AGAMA DAN MASYARAKAT


Kaitan agama dan masyarakat banyak dibuktikan oleh pengetahuan agam yang meliputi penulisan sejarah dan figure nabi dalam mengubah kehidupa social, argumentasi rasional tentang arti dan hakikat kehidupan, tentang Tuhan dan kesadaran akan maut menimbulkan religi, dan sila Ketuhanan Yang Maha Esa sampai pada pengalaman agamanya para tasawuf.

Membicarakan peranan agama dalam kehidupan sosial menyangkut dua hal yang sudah tentu hubungannya erat, memiliki aspek-aspek yang terpeliahara. Yaitu pengaruh dari cita-cita agama dan etika agama dalam kehidupan individu dari kelas social dan grup social, perseorangan dan kolektivitas, dan mencakup kebiasaan dan cara semua unsure asing agama diwarnainya. Yang lainnya juga menyangkut organisasi dan fungsi dari lembaga agama sehingga agama dan masyarakat itu berwujud kolektivitas ekspresi nilai-nilai kemanusiaan, yang mempunyai seperangkat arti mencakup perilaku sebagai pegangan individu (way of life) dengan kepercayaan dan taat kepada agamanya. Agama sebagai suatu system mencakup individu dan masyarakat, seperti adanya emosi keagamaan., keyakinan terhadap faham, ritus, dan upacara, serta umat atau kesatuan social yang terikat terhadap agamanya. Agama dan masyarakat dapat pula diwujudkan dalam system simbol yang memantapkan peranan dan motivasi manusianya, kemudian terstrukturnya mengenai hukum dan ketentuan yang berlaku umum, seperti banyaknya pendapat agama tentang kehidupan dunia seperti masalah keluarga, bernegara, konsumsi, produksi, hari libur, prinsip waris, dan sebagainya.
Peraturan agama dalam masyarakat penuh dengan hidup, menekankan pada hal-hal yang normative atau menunjuk kepada hal-hal yang sebaiknya dan seharusnya dilakukan.
Karena latar belakang social yang berbeda dari masyarakat agama, maka masyarakat akan memiliki sikap dan nilai yang berbeda pula. Kebutuhan dan pandangan kelompok terhadap prinsip keagamaan berbeda-beda, kadang kala kepentingannya dapat tercermin atau tidak sama sekali. Karena itu kebhinekaan kelompok ndalam masyarakat akan mencerminkan perbedaan jenis kebudayaan dan keagamaan. Timbul hubungan dua arah, tidak hanya kondisi social saja yang menyebabkan lahir dan menyebarnya ide serta nilai0nilai, tetapi bila ide dan nilai itu telah terlembaga, maka akan mempengaruhi tindakan manusia. Karena itu perlu mempelajari pengaruh struktur social terhadap agama, dan juga perlu mempelajari pengaruh agama terhadap struktur social.

Nama : Rachma Wijayanti
Kelas : 1ka31
NPM : 15110489